Rabu, 19 November 2008



Sehat Bersama Jeruk Nipis

Selain menjadi sirup, air perasan jeruk nipis yang berasa asam menjadi campuran masakan atau minuman lain, seperti jamu. Pasalnya jeruk nipis tak hanya bisa menjadi minuman yang menyegarkan, namun juga mengandung khasiat obat. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) merupakan tumbuhan perdu dengan banyak cabang. Tanaman ini banyak ditanam di pekarangan dan kebun.
Tingginya bisa mencapai enam meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan tiap daun bertangkai daun. Bunganya berbentuk bintang berwarna putih. Batangnya berkayu keras, dan biasanya berbuah setelah 2,5 tahun. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan yang licin, berkulit tipis, dan berwarna hijau kekuningan kalau sudah tua. Tanaman ini diduga berasal dari daerah India sebelah utara.

Buahnya mengandung banyak air dan vitamin C yang cukup tinggi. Daun, buah, dan bunganya mengandung minyak terbang. Biasanya jeruk nipis tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah yang banyak terkena sinar matahari. Jeruk nipis mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nnildehid) damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C.

Rasa jeruk nipis yang asam bisa membantu membersihkan nikotin yang terdapat pada gigi dan mulut orang yang suka merokok. Dari kandungan berbagai minyak dan zat di dalamnya, jeruk nipis dimanfaatkan untuk mengatasi disentri, sembelit, ambeien, haid tak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing atau vertigo, suara serak, batuk, bau badan, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu, demam, terlalu gemuk, amandel, penyakit anyang-anyangan (kencing terasa sakit), mimisan, dan radang hidung.

Dari beberapa penelitian terakhir menunjukkan, jeruk nipis juga mempunyai manfaat mencegah kekambuhan batu ginjal, khususnya batu ginjal kalsium idiopatik. Menurut laporan tersebut, mengonsumsi jeruk nipis bisa mencegah timbulnya batu ginjal. Hal ini diakui oleh Kepala Instalasi Renal RS Dr Sardjito, Yogyakarta, Prof DR Mochammad Sja'bani.

Pada penelitian tersebut diketahui bahwa jeruk nipis mengandung sitrat yang tinggi, sementara banyak penderita batu ginjal memiliki kadar sitrat yang rendah. Ia mengatakan kandungan sitrat jeruk nipis lokal (Citrus aurantifolia Swingle yang bulat) 10 kali lebih besar dibanding kandungan sitrat pada jeruk keprok, atau enam kali jeruk manis. Kandungan sitratnya mencapai 55,6 gram per kilogram.

Pada umumnya asam sitrat dalam air kemih pada penderita batu ginjal paling rendah pada malam dan dini hari. Maka pemberian jeruk nipis lebih bagus dikonsumsi sesaat sesudah makan malam. Perasan jeruk nipis yang dikonsumsi sesudah makan malam tersebut dilaporkan tak menimbulkan keluhan lambung. Air perasan dua buah jeruk nipis itu diencerkan dalam dua gelas air.

Meminum campuran jeruk ini bisa menurunkan dan mencegah kekambuhan batu ginjal kalsium idiopatik. Pencegahan penyakit ini perlu sebab jenis ini ditemukan pada sekitar 80 persen penderita batu ginjal. Namun, upaya pencegahan dan pengobatan penyakit ini dilakukan dengan cara membatasi konsumsi garam atau makanan asin, memberi masukan kalsium yang cukup, dan mengonsumsi protein rendah fosfat. (mydoc/tutut)

baca selengkapnya

Sabtu, 26 Juli 2008

Awas Serangan Cacing Baru Komputer Anda





Perusahaan antivirus mengumumkan cacing baru yang timbul dari kerapuhan peranti lunak Microsoft Corp. telah menyebar dengan cepat Senin petang kemarin.

Virus cacing yang mempunyai banyak julukan itu seperti MSBlast, Lovsan, Blaster, atau sederhananya cacing Windows RPC, mulai beraksi Senin petang kemarin. Demikian seperti dilaporkan Dow Jones dari Denver.



Pada 7 p.m EDT virus itu memangsa salah satu pelanggan dari Guardent Inc, perusahaan antivirus, selama 16 kali per detik. 'Serangan itu cukup berat,' kata Charles Kaplan, direktur riset senior Guardent.


Vincent Gullotto, vice president Network Associates, perusahaan antivirus lainnya, menjelaskan komputer yang terserang cacing secara acak terjadi di Internet dan mencoba untuk berkomunikasi dengan komputer lain melalui Port 135 dari komputer yang diserang.


Begitu komputer yang terserang mulai komunikasi dengan komputer terinfeksi, maka akan mengirim sejenis kode software. Komputer penyerang lalu merespon bahwa komputer terinfeksi dapat memberikan file dan komputer itu akan mengirimkan filenya, yang akan segera dieksekusi oleh komputer penyerang.


Komputer yang baru terinfeksi mulai melakukan proses scanning yang sama ke Internet untuk komputer untuk menularkan lagi. Port 135 adalah salah satu dari banyak gateway dari komputer ke Internet.


Gullotto menambahkan jika PC mengalami perlambatan operasi itu merupakan pertanda adanya infeksi. Menurut dia tidak ada dampak yang dramatis atas virus itu. Seperti sampai komputer tidak berfungsi akibat kerusakan program.


Cacing virus ini bisa juga menyerang desktop atau laptop dengan Windows XP, Windows 2000 dan Windows NT 4.0. Pasalnya komputer dengan sistem-sistem operasi seperti itu sangat lemah kecuali menggunakan sistem pencegahan dari Microsoft.


Jika sudah terinfeksi, komputer itu memerlukan update dari perusahaan anti virus untuk mematikan cacing itu. Jika tidak, cacing itu akan menetap selamanya di komputer itu. (dow jones)



baca selengkapnya

Anda Ingin "Sukses",Keluarlah Dari Zona Aman Anda


Zona aman adalah kawasan yang dinyatakan tidak ada bahaya, aman, dan bergerak secara nyaman karena tidak ada tantangan, gangguan, hambatan, dan marabahaya. Orang yang berada di zona aman biasanya merasakan kenyamanan, kedamaian, dan kenikmatan yang terus menerus akibat perbuatan yang bersifat statis, dari itu ke itu, dan tanpa perubahan. Menurut orang zona aman, berubah berarti mendapatkan tantangan dan memerlukan pemikiran. Dengan begitu, berubah merupakan sesuatu yang tidak aman karena pasti akan muncul gangguan.

Ketika seorang guru merasakan bahwa gaya mengajar saat ini sama dengan sepuluh tahun lalu saat dia menjadi guru pertama kali dapatdikatakn sebagai guru zona aman. Guru tersebut dapat dikatakan statis, tidak ada perubahan, merasa nyaman dalam kondisi yang ada, dan tidak mau hal baru karena dianggap akan mengganggu pikiran, tenaga dan dana. Yang ada dalam pikirannya adalah sesuatu yang tetap dan biasa dijalani. Guru zona aman merasakan bahwa keberhasilan adalah kebiasaan yang terus-menerus dilakukan.


Menurut pandangannya, keberhasilan kemarin adalah keberhasilan hari ini dan masa mendatang.
Guru zona aman tidak akan pernah peduli dengan perubahan yang terjadi meskipun usia dan fisik juga turut berubah. Keluar dari zona aman berarti sebuah permasalahan yang justru akan mengganggu rasa nyaman dan bahagia saat ini. Baginya, jalan terbaik adalah jalan untuk meneruskan gaya yang sudah melekat dalam pembelajaran selama ini. Dia tidak akan peduli dengan teman lain yang telah berubah demi pembelajaran dan prestasi siswa. Menurutnya, dengan gaya statis saja siswa sudah dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Perubahan tidak terjadi dan tidak menghinggapinya.

Hal itu berbeda dengan guru dinamis yang selalu berubah sejalan dengan perubahan zaman. Bagi guru dinamis, kondisi statis akan merusak perkembangan pembelajarannya. Guru yang demikian itu berlandaskan masa depan, gaya berpikir otak kanan, dan proses yang senatiasa berubah. Perubahan adalah jalan yang terbaik bagi siswa yang penuh dengan warna kreativitas itu. Itulah pernyataan yang selalu dipegang guru dinamis.
Kalau guru zona aman bergerak dengan gaya berpikir otak kiri yang bercirikan statis, linear, terstruktur, dan takut salah, guru dinamis bercirikan berpikir dengan otak kanan yang lateral, dinamis, selalu berubah, dan berani menerima tantangan.

Kondisi saat ini menuntuk kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar di kelas karena siswa mengalami perubahan kondisi. Lihat saja. Siswa saat ini telah dirasuki dunia elektronis yang menjebak mereka juga harus berdimensi elektronis. Untuk itu, guru juga harus berorientasi terhadap pola siswa yang demikian itu. Jalan yang terbaik bagi pembelajaran saat ini adalah jalan yang bernuansa dinamis. Guru harus senantiasa memperbarui gaya mengajarnya sehingga siswa semakin tertarik, termotivasi, dan tergugah jiwa belajarnya.
Oleh karena itu, mau tidak mau, guru harus keluar dari zona amannya. Guru senantiasa mengubah paradigma berpikir dari gaya statis ke gaya dinamis. Guru, keluarlah dari zona aman agar dunia semakin terang disingkap oleh siswanya.

Banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk menjadi guru dinamis. Ingat bahwa justru zona aman akan menjadi tidak aman ketika yang lainnya berubah. Cara untuk keluar dari zona aman adalah

(1) kuatkan hati dan pikiran bahwa dunia sudah berubah,

(2) tanamkan dalam pikiran bahwa semua orang mampu keluar dari zona aman asalkan ada komitmen kuat dari dalam diri,

(3) cobalah sedikit demi sedikit memikirkan gaya mengajar yang perlu diperbaiki,

(4) ajaklah teman lain berdiskusi tentang gaya mengajar saat ini, (5) cobalah siswa diminta untuk mengomentari gaya mengajar,

(6) perbanyak membaca dan melek elektronis,

(7) datangilah pertemuan guru-guru yang berbicara tentang masa depan, dan

(8) yakinlah bahwa guru dapat bergaya mengajar dinamis. Guru, keluarlah dari zona aman mumpung hidup masih hidup. (thank berat buat Mas Suyatno dan Bung Andre



baca selengkapnya

Minggu, 20 Juli 2008

Jadikan Anak Anda Gemar Membaca


Siapa yang tak senang memiliki anak yang gemar membaca? Anak seperti ini akan lebih sukses dalam mencari pengetahuan demi masa depannya. Namun kenyataannya, lebih banyak anak yang benci untuk membaca. Lebih sedikit lagi yang kutu buku. Kondisi ini belum terpecahkan karena orang tua tak mengerti duduk permasalahannya. Ikutilah bahasan berikut.
Dikenalkan sejak kecil Buatlah sebuah perpustakaan di rumah, walau hanya satu sudut kecil saja. Kunci utama pengenalan anak kepada buku adalah besarnya frekuensi pertemuannya yang menyenangkan dengan buku. Syukur-syukur jika banyak buku menarik yang anda sediakan khusus anak-anak.
Ijinkanlah mereka untuk selalu bersama-sama dengan buku. Membaca santai di ruang keluarga, di teras, di ruang tidur, ruang makan tapi jangan di WC tidak baik untuk ksehatan . Biasakanlah di mana-mana mereka melihat buku. Jangan memasung anak dengan hanya memperbolehkan mereka membaca di ruang perpustakaan saja .dalam keadaan seperti ini anak tak bisa menikmati buku yang dibacanya. Sebaliknya, anak membutuhkan suasana santai untuk bisa menumbuhkan rasa nikmat kala membaca tadi. Tentu saja, akhirnya diperlukan kerja ekstra orang tua untuk merapikan buku-buku itu kembali di saat yang itentukan. Akan membantu pula jika mengenalkan keasyikan membaca lewat keaktifan orang tua dalam mendongeng.


Jadilah orang tua pembaca Ketika melihat orang tuanya begitu serius dan antusias membaca, anak akan penasaran dan termotivasi untuk meniru perbuatan orang tuanya. Bermula dari motivasi inilah maka anak akan lebih mudah untuk menemukan kenikmatan dalam membaca. Sebuah keuntungan bagi orang tua adalah karena karekter anak yang suka meniru. Maka orang tua tak perlu repot-repot memberi pengertian. Anak akan meniru dengan sendirinya.
Hindarkan dari TV, TV adalah musuh besat bagi anak-anak. Tayangannya hanya menitikberatkan pada gambar dan suara, dan hanya menuliskan sepatah atau dua patah kata, justru membuat anak malas membaca. Gambarnya begitu cepat bergerak dan berganti, membuat anak tak terbiasa berkonsentrasi. Padahal untuk menikmati bacaan butuh konsentrasi. Warna-warninya yang begitu semarak sangat menarik, menyaingi kondisi banyak buku anak-anak yang suram dan membosankan. Apalagi buku pelajaran sekolah dengan kertas buruk dan tanpa gambar. Anak yang banyak menonton tv sulit untuk bisa menyukai buku-bukunya.
Tumbuhkan motivasinya Seseorang akan bangkit memotivasinya untuk melakukan sesuatu jika ia menemukan keasyikan dan kenikmatan. Begitu pula dalam hal membaca. Tak ada gunanya memaksa anak untuk membaca buku-bukunya dengan maksud agar mereka terbiasa membaca. Yang lebih penting untuk dulakukan adalah menumbuhkan keasyikan terlebih dahulu.
Untuk menumbuhkan keasyikan, bolehkan anak memilih sendiri buku yang akan ia baca. Jangan kecewa jika pilihannya masih sangat jauh dari harapan anda. Dan anda tak boleh memaksanya mengubah pilihannya jika bukan karena keinginannya sendiri. Sabarlah, karena kelak jika keasyikan telah tumbuh, akan lebih mudah untuk menyuruhnya memilih.
Sumber: www.Sakinahfamily.or.id

baca selengkapnya

Senin, 07 Juli 2008

Memaknai Kerja



Apa arti kerja bagi Anda?" tanya saya kepada sejumlah kawan.
"Aktivitas untuk memperoleh nafkah hidup," jawab Didi yang pengusaha.
"Kegiatan yang melibatkan usaha mental atau fisik yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan atau hasil," ujar Elly yang dosen perguruan tinggi.
"Tugas-tugas yang harus ditunaikan," kata Wawan yang tentara.
"Mengembangkan potensi diri, memenuhi panggilan batin, mencari nafkah sekaligus memberi makna pada hidup melalui karya-karya kita," urai Bagong yang pegawai.

***

Di sekolah kehidupan kita menyaksikan bahwa cara pandang atau peta yang kita pergunakan untuk memberi makna pada pekerjaan, akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita dalam bekerja..



Seorang yang memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting, bernilai, bahkan mulia, misalnya, akan menunjukkan sikap kerja yang berbeda dengan mereka yang memaknai pekerjaannya sebagai hal yang tidak penting, tak bernilai, bahkan hina. Orang-orang yang memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang pantas dibanggakan akan menunjukkan perilaku kerja yang berbeda dengan orang-orang yang merasa malu dengan pekerjaan mereka. Masalahnya bukan pada "apa yang dikerjakan", tetapi pada bagaimana mereka memaknai pekerjaan tersebut.

Seperti seorang kawan bernama Anton yang memaknai pekerjaannya hanya sebagai pekerjaan untuk nafkah hidup semata. Statusnya sebagai wiraniaga di perusahaan asuransi terkemuka negeri ini, sebenarnya cukup bisa dibanggakan. Namun, ia sedikit sekali menaruh minat atas apa yang dikerjakannya dan tak menyukai sifat pekerjaannya yang memberikan banyak tantangan. Hanya karena merasa wajib bekerja agar mendapatkan penghasilan, maka Anton bertahan di tempat kerjanya itu. Akibatnya, Anton sangat sensitif terhadap soal jumlah komisi yang diperolehnya. Jika komisinya berkurang sedikit saja dari biasanya, atau ia mendapatkan informasi ada komisi yang sedikit lebih tinggi di perusahaan asuransi lain, maka ia langsung ingin cepat-cepat pindah kerja. Kalau ada kesempatan kerja di luar industri asuransi pun, sepanjang hal itu memberikan penghasilan lebih besar, Anton akan segera merasa tertarik. Saat-saat yang paling menyenangkan bagi Anton adalah tanggal pembayaran komisi/gajian. Selebihnya adalah kewajiban yang harus dilakukan.

Berbeda dengan Anton, kawan bernama Tommy memaknai pekerjaannya sebagai karier. Ia ingin ada peningkatan karier dari waktu ke waktu. Artinya, ia tidak melihat uang atau gaji sebagai satu-satunya faktor penentu kepuasan kerjanya. Ia juga memperhitungkan soal-soal lain, terutama soal kekuasaan/jabatan, status sosial, dan gengsi. Walau gajinya sebagai kepala bidang operasional sebuah bank nasional yang sudah mapan hanya rata-rata industri saja, namun ia tetap bersemangat karena merasa ada prospek karier untuk menjadi kepala cabang di tahun-tahun mendatang. Lagi pula, ia sudah mulai mendapatkan fasilitas pinjaman untuk membeli mobil idamannya, sesuatu yang menaikkan gengsinya di lingkungan kerabat dan tempat pemukimannya. Bagi Tommy, ia akan mulai berpikir untuk mencari pekerjaan baru, bila kariernya sudah mentok tak kemana-mana.

Lain lagi halnya dengan Titin yang bekerja sebagai penulis lepas. Ia memaknai pekerjaannya sebagai panggilan batin. Ia mencintai pekerjaannya, dan antara pekerjaan dengan irama kehidupannya sehari-hari tak terlalu banyak bedanya. Sebagai ibu dari dua anak remaja yang sudah ditinggal mati oleh suaminya, Titin terkadang ikhlas tak mendapatkan imbalan material apapun dari karya tulisnya yang dipublikasikan pihak lain untuk tujuan sosial. Ia merasa memang itulah tugasnya. Ia merasa ada kemuliaan dari apa yang dikerjakannya. Dan ia juga sangat menikmati kebebasan waktu kerjanya yang menurutnya "tak ternilai harganya". Sebab, sebagai penulis lepas ia bisa mengatur sendiri waktu untuk mengurus anak-anak dan mencari nafkah. Ia juga tidak harus terikat pada lokasi kerja seperti kantor, karena bisa bekerja dimana saja berkat laptop sederhana miliknya. Karenanya, walau penghasilan Titin tak berlebihan, ia tak pernah berpikir untuk berganti pekerjaan.

Baik Anton, Tommy, maupun Titin, adalah wajah dari orang-orang di sekitar kita.

Orang-orang seperti Anton selalu mengutamakan gaji, komisi, uang. Status sosial, gengsi, jabatan, dan panggilan hidup urusan belakangan. Sepanjang pekerjaan mereka menghasilkan uang yang lebih banyak, mereka bersemangat dalam bekerja. Sementara orang-orang seperti Tommy masih bersedia bersabar dengan gaji yang pas-pasan, asalkan diberi jabatan formal, kekuasaan memimpin sejumlah bawahan, dan gengsi karena bekerja di perusahaan terkemuka. Dan bagi orang-orang seperti Titin, pekerjaan haruslah berkaitan dengan keyakinannya atas kontribusi hidupnya bagi keluarga, bangsa, masyarakat, atau dunia. Tak soal penghasilan pas-pasan, tanpa jabatan mentereng, tak punya kantor yang megah, dan sebagainya. Asal ada keyakinan bahwa karya-karyanya berguna bagi banyak orang, ikut mendorong proses-proses kebudayaan, membuat dunia menjadi tempat yang lebih indah dan layak dihuni, cukuplah.

Anton, Tommy, dan Titin amat boleh jadi merasakan kepuasan yang berbeda atas hasil-hasil pekerjaannya. Di antara mereka juga mungkin sulit untuk saling memahami pilihan satu dengan yang lain. Masalahnya bukan pada "apa" yang mereka kerjakan, tetapi pada kemampuan memaknai pekerjaan itu sendiri. Artinya, bisa saja seorang buruh pabrik atau tukang angkut sampah memaknai pekerjaan sebagai amanah atau panggilan hidup yang harus ditunaikan. Ia bisa dengan ikhlas dan senang hati melakukan pekerjaannya. Dan sebaliknya, seorang eksekutif muda atau manajer senior di perusahaan terkemuka hanya menganggap pekerjaannya sebagai sarana memperoleh uang semata. Sehingga, ia sering merasa terbebani, tidak gembira dan kurang puas dengan pekerjaannya.

Sejumlah psikolog ahli yang mendalami masalah kepuasan kerja dan kepuasan hidup menyimpulkan bahwa hanya orang-orang yang mampu memaknai pekerjaannya sebagai hal yang berkaitan dengan panggilan hidup atau amanah yang harus ditunaikanlah yang mengalami kepuasan kerja dan kepuasan hidup paling maksimal. Mereka umumnya memiliki minat yang tinggi terhadap apa yang mereka kerjakan, dan menikmati sifat-sifat dari pekerjaannya. Itu sebabnya ada kegembiraan dalam bekerja, dan motivasi mereka mengalir dari dalam batinnya. Mereka menjadi orang-orang yang tidak saja produktif dan kreatif, tetapi juga sekaligus loyal dengan tugas pekerjaannya.

Bagaimana kita memaknai pekerjaan yang kita pilih saat ini? Adakah pekerjaan yang kita lakukan hari-hari ini sesuai dengan minat dan potensi terbaik kita? Disamping soal uang, apakah pekerjaan kita berkesesuaian dengan panggilan hidup atau amanah dari langit yang memang perlu ditunaikan? Mampukah kita melihat kemuliaan dari pekerjaan kita? Setiap kita tentu memiliki jawabannya masing-masing. Yang jelas, bila kita ingin meningkatkan kepuasan kerja dan kepuasan hidup, maka hal terpenting yang mungkin perlu kita periksa adalah bagaimana kita memaknai pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari.

Memberi makna pada pekerjaan, itulah hal yang tak bisa dilakukan oleh mesin-mesin canggih dewasa ini. Memberi makna pada pekerjaan juga tak mampu dilakukan oleh kambing, kucing, dan anjing. Sebab kemampuan memberi makna, adalah kemampuan khas yang dianugerahkan Sang Pencipta hanya kepada manusia ciptaan-Nya. Dan dengan bekal kemampuan memaknai ini pula manusia di mungkinkan untuk mengenal konsep kebahagiaan dalam hidupnya. Apakah kemampuan ini kita kembangkan dengan gegap gempita, atau terbengkalai begitu saja sehingga kita sering merasa terlunta kehilangan arah?

baca selengkapnya

Menjalani Hidup Penuh Makna






Dalam menjalani kehidupan ini, manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yakni “ kebebasan hati” untuk memilih kehidupannya. Apakah akan memilih mengikuti daya tarik positif atau tarikan negative. Mengikuti daya tarik spiritual yang mengantarkannya pada kehidupan penuh makna dan keagungan atau daya tarik materialisme duniawi semata yang dapat membawanya pada kegagalan.

Amanat agung yang dipikul manusia dalam hidup ini, hanya dapat ditunaikan andaikata kita dapat memahami secara utuh dan benar hakekat penciptaan diri kita. Sehingga manusia dapat menggunakan potensi dirinya untuk menjalani kehidupan ini penuh makna dan berdayaguna. Banyak memberikan manfaat bagi orang lain dan alam semesta. Menghasilkan karya dan kinerja yang bermanfaat bagi orang lain dan alam semesta.

Bagaimana agar dapat menjalani kehidupan ini penuh makna dan berdayaguna ? Setiap individu pasti memiliki jawaban masing-masing, namun disini saya memberikan beberapa tips berikut ini:

1. Mengubah Orientasi Hidup, Memikirkan Orang Lain Apakah Anda lebih sering memikirkan diri sendiri dibandingkan orang lain ? Misalnya berpikir bagaimana memenuhi keinginan sendiri, ingin pekerjaan lebih baik, penghasilan lebih tinggi, rumah lebih mewah, mobil baru, bisnis lebih besar, lebih kaya dan ingin-ingin lainnya. Kalau hal itu yang selalu ada dalam pikiran kita, artinya kita lebih sering memikirkan diri sendiri. Artinya kita hanya berpusat pada diri sendiri dan mementingkan diri sendiri.

Mulailah mengubah pusat hidup kita lebih banyak memikirkan orang lain. Misalnya memikirkan bagaimana membantu anak-anak yatim bisa bersekolah, membantu fakir miskin yang kesulitan sembako, memikirkan pekerjaan bagi pengangguran, membantu orang tak berdaya, orang yang kurang rejeki, orang yang tidak pernah dibantu hidupnya. Itu artinya kita sudah mulai memikirikan orang lain. Inilah yang akan membawa kita lebih dekat dengan kemudahan, kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup.
2. Meningkatkan empati kepada orang lain.
Bersikap empati kepada orang lain merupakan salah satu cara menghargai HIDUP kita. Bersikap empati lebih menekankan pada mengerti orang lain, memahami kondisi orang lain secara emosional dan intelektual. Artinya kita menggunakan ketajaman mata hati untuk memperhatikan kebutuhan orang lain, berusaha melihat kesulitan orang lain.

Bersikap empati, sederhananya memandang keluar melalui kerangka pikiran orang lain, atau melihat dunia dan hubungan dengan orang lain melalui kaca mata orang lain. Bagaimana caranya ?. Dengan menumbuhkan pemahaman dan perasaan dari dalam jiwa kita. Menanamkan tekad dari dalam hati untuk mengutamakan kepentingan orang lain. Memiliki kerendahan hati, kesediaan berbagi kebaikan dengan orang lain. Berbagai kegembiraan disaat memperoleh kemenangan dan memberikan dorongan disaat mengalami kesulitan.

3. Banyak Melepaskan Energi Positif.
Melepaskan energi positif artinya banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan positif. Pernahkah Anda merasakan kebahagiaan pada saat menolong orang yang sedang benar-benar kesusahan, misalnya ? Itulah sesungguhnya kebahagiaan yang menyentuh aspek spiritual. Menolong orang lain adalah pekerjaan positif dan melepaskan energi positif kepada orang lain.

Melepaskan energi positif dapat dilakukan dengan berbagi semangat, berbagi ide dan solusi bagi orang lain, berbagi pemikiran positif, misalnya. Semakin banyak anda melakukan pekerjaan positif, semakin banyak melepaskan energi positif dan semakin banyak yang akan kembali Anda terima. Mungkin anda akan menerimanya dalam bentuk yang berbeda, misalnya kebahagiaan hati, kepuasaan jiwa, ketenangan hidup bahkan bisa saja berbagai kemudahan rejeki, dll.

4. Hadapkan Wajah Kepada Allah
Hidup adalah ‘pemberian’ dari Allah. Maka Dia-lah yang berkuasa juga untuk mengambilnya kembali. Dia pulalah yang berkuasa mengatur hidup kita, memberikan kemudahan, keberhasilan atau kesulitan bagi kita. Itu semua bermula dari bagaimana cara kita memilih jalan hidup kita.

Berusahalah menjaga keseimbangan dalam hidup dengan selalu mengorbit dan beredar dalam lingkaran pusat gravitasi spiritual. Pusat makna tertinggi kehidupan yang di dalamnya sudah ada sifat-sifat mulia Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Menjalani hidup bertawakal dan mengabdi kepada Allah. Bekerja, berbisnis, berusaha dan berkarya semata-mata bentuk pengabdian kepada Allah. Menerima kehidupan dengan bersyukur, namun tidak pernah berhenti ber-ikhtiar melalui usaha lahiriah yang cerdas dan keras. Lebih lengkap dapat dibaca di buku “The Art of Life Revolution” yang diterbitkan Elex Media. Semoga bermanfaat untuk kita semua.ditulis oleh Eko jalu santoso

baca selengkapnya